
'Perang' Eropa Siap Meletus, Harga Emas Bakal Bergerak Mulus?

Harga emas boleh bertepuk dada memasuki pekan lalu. Di akhir pekan, harganya bertengger di Rp878.764 per gram pada Sabtu (12/2), alias melesat 2,61% dibanding sepekan lalu.
Nilai sang logam mulia ketiban berkah seiring pamornya sebagai aset safe haven mulai menanjak.
Ya, investor nampak kian getol mengoleksi emas setelah inflasi tahunan AS bertengger di 7,5% pada Januari, alias level tertingginya dalam 40 tahun terakhir. Maklum, emas merupakan aset yang dianggap ampuh untuk melindungi kekayaan kala inflasi meradang.
Inflasi AS yang kian ngamuk pun bikin James Bullard, salah satu pejabat The Fed, mengatakan bahwa The Fed bisa saja meredam inflasi dengan mengerek suku bunga acuan 1% pada Juli mendatang. Namun, pelaku pasar sepertinya bergeming merespons "ancaman" tersebut karena mereka tampaknya masih lebih takut terhadap inflasi.
Sejatinya, kekhawatiran pelaku pasar akan inflasi tak hanya terjadi pekan lalu saja.
Di pekan sebelumnya, investor memang agak ketar-ketir terhadap inflasi setelah AS menyerap 467.000 tenaga pekerjaan baru di Januari, lebih tinggi dari estimasi analis yakni 150.000 tenaga kerja. Selain itu, mereka juga kian mengkhawatirkan harga minyak dunia yang terus merangkak dan bisa memperparah inflasi energi.
Namun, selain perkara inflasi, pamor emas sebagai aset safe haven juga meningkat berkat memanasnya tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina.
Akhir pekan lalu, kantor berita Ukraina PBS melaporkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin sudah memberikan lampu hijau bagi tentara Rusia untuk menginvasi Ukraina pekan ini. Kemudian, Penasihat Keamanan Gedung Putih Jake Sullivan juga menganggap bahwa Rusia bisa menginvasi Ukraina "kapan saja" sehingga negara Paman Sam tersebut pun ikut meningkatkan kewaspadaannya.
Nah, tensi geopolitik ini ditakutkan bakal membawa ekonomi ke arah ketidakpastian. Di saat seperti itu, pelaku pasar tentu bakal malas berkubang di pasar aset berisiko dan memilih membenamkan dana di aset pelindung nilai seperti emas.
Tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang bakal berlanjut nampaknya akan jadi sentimen positif bagi emas pekan ini. Hanya saja, pelaku pasar juga perlu waspada terkait risalah rapat The Fed Januari yang akan dirilis pekan ini. Sebab, jika The Fed menunjukkan sikap yang agresif dalam mengerek suku bunga acuannya, maka bukan tidak mungkin harga emas akan oleng.